Orasi Ilmiah Guru Besar ITB Prof. Robert Manurung, Prof. Aurik Gustomo, dan Prof. Eddy Agus Basuki
Sabtu, 20 Maret 2021 – Forum Guru Besar ITB kembali melaksanakan Sidang Orasi Ilmiah Guru Besar yang dilaksanakan secara online/daring dikarenakan pada tahun 2021 masih dalam situasi berkelanjutannya wabah Covid-19. Sidang Orasi Ilmiah Guru Besar yaitu Prof. Robert Manurung dari Fakultas/Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati (SITH), Prof. Aurik Gustomo dari Fakultas/Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM), dan Prof. Eddy Agus Basuki dari Fakultas/Sekolah Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM). Sidang Orasi Ilmiah dipimpin oleh Ketua Forum Guru Besar ITB Prof. Freddy Permana Zen dan didampingi oleh Sekretaris Forum Guru Besar ITB Prof. Taufan Marhaendrajana.
Pada pemaparan pertama yaitu Prof. Robert Manurung memaparkan Orasinya yang berjudul “Integrasi Proses Produksi dan Konversi Biomasa Menuju Simbiosis Industrial dan Bioekonomi Sirkular” disampaikan bahwa tantangan paling besar dalam perancangan proses (process design) adalah sintesis proses (process synthesis). Sintesis proses pada prinsipnya adalah pemilihan berbagai operasi pengolahan (processing operation) dan mengintegrasikan operasi yang dipilih dalam suatu perangkat atau sistem produksi untuk mewadahi konversi bahan baku (input) menjadi produk yang memiliki karakteristik yang diinginkan atau produk yang memiliki nilai tambah atau nilai guna yang lebih baik. Konversi yang mengubah struktur kimiawi adalah proses utama dari proses pengolahan, sementara operasi lain (pemisah dan pencampuran) merupakan pendukung agar operasi utama konversi dapat berlangsung dengan baik atau melengkapi pencapaian karakteristik yang diinginkan. Bagian terpenting pada sintesis proses adalah “integrasi proses” dan menjadi nilai penting (key value) dalam menyusun konfigurasi operasi pengolahan dalam struktur sistem produksi (Seider, W.D., et al, 2009).
Kemudian pengembangan simbiosis industrial tidak akan lepas dari revolusi industri 4.0 dan revolusi industri pertama diberdayakan oleh mekanisasi, kedua oleh lini perakitan dan produksi masal, dan ketiga oleh otomatisasi dan komputerisasi. Revolusi industri 4.0 diperkirakan akan diberdayakan oleh integrasi: computation, communication dan control untuk membentuk cyber systems, yang kemudian integrasi cyber systems dengan physical systems untuk membentuk sistem siber fisik (cyber-physical systems). Oleh karena itu invensi dan inovasi teknologi sebagai pemicu dan pemacu revolusi industri tersebut juga berlangsung dengan penemuan sumber energi, di revolusi pertama: sumber energi batu-bara, kedua: energi gas dan minyak fosil, ketiga: energi nuklir. Pada revolusi keempat diperkirakan kita akan kembali ke energi berbasis energi yang dapat diperbaharui.
Selanjutnya dalam rentang waktu umur bumi sekitar 4,6 miliar tahun, manusia modern baru hadir sekitar 200,000 tahun lalu, dan jika dilihat dalam hitungan jam, 24 jam manusia baru hadir sekitar 3 detik, dan manusia hadir setelah semua keanekaragaman hayati yang melimpah tersedia di bumi. Oleh karena itu, perlu kita perhatikan ciri utama satu ekosistem yang harmonis adalah kehadiran komunitas hayati (produser, consumer dan decomposer) yang beragam dan seimbang secara bersamaan hidup serta saling terhubungkan dan saling bergantung satu sama lain dalam suatu pola interaksi simbiosis. Kemudian oleh karena itu, ketersediaan energi surya sebagai sumber utama kehidupan yang melimpah bagi negara yang berada di katulistiwa seperti Indonesia merupakan karunia yang harus dimanfaatkan secara maksimal, mensejahterakan masyarakat dan merupakan keunggulan komparatif yang sangat signifikan dalam konteks menuju bioekonomi sirkular.
Pada pemaparan kedua yaitu Prof. Aurik Gustomo memaparkan orasi ilmiahnya yang berjudul “Membangun Ekosistem Pengembangan Talenta: Sebuah Pendekatan untuk Akselerasi Pola Pikir Bertumbuh (Growth Mindset)” menjelaskan bahwa berbicara tentang organisasi maka organisasi ini dijadikan sebagai wahana untuk merespon apa yang menjadi perubahan – perubahan di eksternal baik dilingkungan atau organisasi bisnis, selain itu ada bagian dimana menjadi bagian kepeloporan untuk menciptakan perubahan – perubahan yang terdapat pada konteks eksternal tersebut. Dalam konteks ini dilihat bahwa ada 4 perubahan yang terjadi didalam lingkungan eksternal organisasi. Perubahan tersebut yang pertama adalah revolusi teknologi, di dalam 20 tahun terakhir kita ketahui bahwa adanya percepatan di dalam teknologi informasi dan komunikasi menciptakan adanya Disrupsi Digital yang dikenal dengan istilah – istilah cybernetic, artificial intelligence, big data, dan lainnya, semua hal tersebut bagian dari terjadinya sebuah revolusi teknologi oada masa industri 1.0 dan berkembang memasuki masa industri 4.0. Kemudian yang kedua adalah revolusi ekonomi, dalam 20 tahun terakhir globalisasi menjadi bagian paling penting dalam proses ekonomi global, diketahui ada banyak kerjasama yang ditanda tangani baik yang bersifat bilateral maupun multilateral, regional maupun internasional yang kerjasama tersebut memberi peluang pada menipisnya hambatan – hambatan untuk bersaing dengan perusahaan – perusahaan yang ada diseluruh dunia. Perubahan ketiga adalah revolusi generasi, dijelaskan bahwa revolusi generasi dengan masuknya generasi Z atau milenial. Generasi ini dibesarkan dalam lingkungan yang terbiasa dengan digitalisasi. Karakter yang berbeda antara manajemen organisasi yang masih didominasi oleh Generasi X atau Y memungkinkan untuk memunculkan sikap dan pola kerja yang iklimnya tidak sehat bagi pertumbuhan organisasi. Disebutkan Ozkan & Solmaz (2015) bahwa generasi Z cenderung mengharapkan lingkungan kerja yang dinamis dan fleksibel dibanding dengan generasi sebelumnya (X dan Y). Fleksibelitas ini perlu dipahami sebagai sebuah kesempatan untuk memperluas ekosistem pengembangan talenta ke tingkat nasional. Selanjutnya perubahan keempat adalah revolusi sosial, melihat dari perjalanan seorang menteri jepang dikemukakan bahwa adanya upaya bagaimana di dalam konteks teknologi ini kita menempatkan, menjadikan bagaimana caranya memanusiakan manusia.
Lanjutnya impikasi dari inovasi disruptif secara signifikan mempengaruhi terhadap proses bisnis dan pengelolaan sumberdaya manusia di dalam organisasi. Era inovasi disruptif menekankan pentingnya pengembangan skill, kualifikasi, pengetahuan, mobilitas dan fleksibilitas hingga proses transformasi kolaborasi di dalam organisasi untuk menghasilkan produk – produk inovatif. Untuk mencapai hal ini, perusahaan perlu mengembangkan talenta – talentanya yang adaptif bahkan mendorong terjadinya perubahan, hal ini kemudian memunculkan konsep kinerja adaprif.
Dijelaskan ada dua dikotomi yang disampaikan oleh Dweck (2006), yaitu pola pikir tetap (fixed mindset) dan pola pikir bertumbuh (growth mindset). Fixed mindset yang artinya jika berbicara dalam konteks people sudah berada dalam comfort zone, employee satisfaction tinggi tetapi tidak menumbuhkan organisasi. Growth mindset adalah pola pikir bertumbuh di dalam pola pikir people.
Pada pemaparan orasi ilmiah ketiga yaitu Prof. Eddy Agus Basuki dengan judul “Pengembangan Paduan Logam Berperforma Tinggi dan Upaya Inisiasi Produksinya di Dalam Negeri” menjelaskan bahwa hingga kini 8 miliar penduduk dunia memenuhi jagat raya ini, dalam hal positifnya bahwa masih ada peningkatan ekonomi yang sangat global yaitu sebesar 3%. Tentu saja peningkatan jumlah penduduk dan kualitas hidup meningkatkan kebutuhan dasar manusia ada 3 yang dapat dilihat yaitu energi, material, dan spiritual. Khusus dalam hal material dan energi, karena keduanya sebagian besar diperoleh daro dalam bumi berupa deposit mineral serta saat ini masih bertumpu pada energi fosil, maka sifatnya tak terbaharui (non-renewable).
Kemudian dijelaskan bahwa di dalam mineral bijih terkandung unsur – unsur logam yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan, satu diantaranya yang paling banyak adalah menjadi material teknik (engineering materials) berupa paduan logam (alloys), seperti baja (steels), besi cor (cast irons), paduan nikel (Ni-alloys), paduan tembaga (Cu-alloys), paduan alumunium (Al-alloys), paduan titanium (Ti-alloys) dan paduan – paduan emas (Au-alloys) dengan unsur – unsur pemadu yang bervariasi seperti unsur – unsur refraktori dan reaktif diantaranya Mo, W, Ta, Nb, V dan unsur – unsur tanah jarang. Paduan logam ini menjadi bagian dari material teknik lainnya, yaitu polimer, keramik dan komposit.
Dijelaskan juga bahwa potensi mineral logam dan kebijakan pengelolaannya di Indonesia, jika dilihat posisi mineral logam di Indonesia dalam skala global maka sebenarnya memang tidak terlalu berlimpah namun demikian secara ringkas Timas (Tins) berada pada posisi kedua, Nikel posisi kelima, Emas posisi kelima, Alumunium posisi keenam, Tembaga posisi ketujuh dan besi tidak dapat diperoleh dari hasil search dalam skala global karena pada umumnya besi adalah dari bijih primer, sementara Indonesia tidak memiliki bijih primer yang cukup, andalannya adalah di pasir besi dan netrik dan batu-bara pada posisi kesepuluh. Lanjutnya disampaikan elemen yang penting umumnya hanya tersedia dalam minelik hutan di timah, namun demikian tidak melimpah ini cukup untuk menjadi modal bagi negara Indonesia untuk melakukan pemanfaatannya yang sesuai dengan amanah UUD 45 menjadi negara dimana ketahanan nasional cukup kuat dan kehormatan bangsa dan kesejahteraan rakyat itu adalah inti dari bagaimana memanfaatkan sumberdaya mineral dan energi yang dimiliki melalui eksplorasi penambangan, pengolahan, pemurnian, dan pemaduan yang termasuk kedalam kelompok geologi dan penambangan, dan pada level ke 2 adalah metalurgi yang dimanfaatkan untuk industri – industri hilir, termasuk industri pertahanan, manufaktur, transportasi, elektronik, termasuk untuk kesehatan, dan lain sebagainya. Jadi hal tersebut sebagai konsep kebijakan pongelolaan yang perlu dipegang sesuai amana UUD 45.