Enter your keyword

Orasi Ilmiah Guru Besar ITB Prof. Pingkan Aditiawati dan Prof. Asep Kurnia Permadi

Orasi Ilmiah Guru Besar ITB Prof. Pingkan Aditiawati dan Prof. Asep Kurnia Permadi

Orasi Ilmiah Guru Besar ITB Prof. Pingkan Aditiawati dan Prof. Asep Kurnia Permadi

Sabtu, 23 November 2019, Gedung Aula Barat ITB, Forum Guru Besar ITB melaksanakan Sidang Orasi Ilmiah Guru Besar Prof. Pingkan Aditiawati (SITH-ITB) dan Prof. Asep Kurnia Permadi (FTTM-ITB). Orasi Ilmiah dipimpin oleh Ketua Sidang Prof. Freddy Permana Zen dan Sekretaris Sidang Prof. Taufan Marhaendrajana.

_DSC8766

Prof. Pingkan Aditiawati dari Fakultas/Sekolah Ilmua Teknologi dan Hayati (SITH) ITB menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul Eksplorasi Potensi Mikroba Lokal: Dari Laboratorium Hingga Penikmat Kopi, bahwa “Mikroorganisme atau mikroba merupakan salah satu sumber daya alami penting yang dimiliki oleh Indonesia. Akan tetapi potensi mikroba Indonesia belum dalam perhatian khusus dari berbagai kalangan dan masih dianggap sebelah mata bagi sebagian orang dan industri karena wujudnya yang tidak terlihat. Berdasarkan rekam jejak penelitian yang telah dilakukan membuktikan bahwa Indonesia memiliki keragaman mikroba tinggi yang memiliki potensi bagi kehidupan manusia. Lanjutnya, peran mikroba memiliki potensi untuk mengatasi permasalahan lingkungan, sumber energi, pengembangan biomaterial, pengembangan teknologi medis dan kosmetik, hingga peningkatan produktifitas budidaya agro-silvo-fishery.

selanjutnya beliau menyampaikan, fermentasi makanan dari sudut pandang mikrobiologi adalah proses produksi makanan yang memanfaatkan peran mikrooganisme sebagai agen pemroses. Proses fermentasi makanan dapat terjadi secara alami ataupun terkontrol, contoh produk makanan hasil fermentasi alami adalah tahu sumedangl, jamu beras kencur, dan terasi. Sedangkan fermentasi terkontrol merupakan fementasi yang dilakukan dengan menambahkan mikroorganisme predominan yang dapat mengemdalikan seluruh proses fermentasi, contoh produk hasil fermentasi terkontrol adalah yoghurt, nata de coco, dan wine.

Kemudian disampaikan proses fermentasi kopi, kopi itu tersebar di seluruh Indonesia dari Sumatera sampai Papua. Sebelum melakukan proses fermentasi, proses pengolahan biji kopi terbagi ke dalam beberapa tahap seperti dengan metode kering atau basah (Full Wash Process atau Honey Process). selama proses fermentasi yang terjadi adalah suatu proses fermentasi yang melibatkan banyak sekali mikroorganisme pada buah kopi, karena pada buah kopi itu di dalamnya biji kemudian lapisan luarnya diliputi oleh suatu musilet yang terdiri atas karbohidrat selulosa, pektim, dan protein. Kemudian dari semua bagian musilet tersebut diuraikan oleh bakteri yang ada pada biji kopi, sehingga didapatkan asam yang dihasilkan oleh bakteri-bakteri dan ragi menghasilkan alkohol. Asam dan alkohol akan menyerao kedalam biji kopi, sehingga akan membuat kopi tidak berkecambah dan komposisi akan berubah karena adanya senyawa-senyawa, dan dari pektim maupun proterin yang diurai didapatkan senyawa-senyawa koktail dan asam amino yang sangat berperan pada citarasa kopi.

_DSC8954

Prof. Asep Kurnia Permadi dari Fakultas/Sekolah Teknik Pertambangan dan Perminyakan (FTTM) ITB menyampaikan Orasi Ilmiah berjudul CO2 dan Smart Water untuk Meningkatkan Produksi Minyak Nasional, bahwa “Minyak dan gas bumi masih menjadi sumber energi utama di Indonesia, kontribusi energi fosil tersebut berada pada angka sekitar 47% terhadap kebutuhan energi nasional (BPPT, 2018). Menurut data menunjukan laju penurunan produksi minyak berada pada kisaran 3,6% dengan laju

produksi rata-rata 772 ribu BOPD (SKK Migas, 2018 dan Kementrian ESDM,2018). Pada sejak tahun 2000, cadangan minyak bumi juga terus menurun tanpa ada penambahan cadanga baru yang signifikan sehingga cadangan yang ada saat ini akan habis hanya dalam waktu kurang dari 15 tahun. Kemudian, yang menjadi masalah adalah besaran reserve replacement ratio (RRR) yang rendah, yaitu sekitar 64% yang dihitung sebagai rata-rata dalam 5 tahun terakhir sebelum tahun 2018 (SKK Migas, 2018). Sehingga akibat dari kebutuhan minyak bumi yang meningkat, Indonesia resmi menjadi net importer minyak sejak tahun 2004 (BPPT, 2018).

Lanjutnya beliau memaparkan, tidak ada penambahan cadangan minyak yang signifikan dari kegiatan ekplorasi sehingga harus dilakukan optimasi produksi dan perolehan dari lapangan yang ada, di antaranya dengan menerapkan metode peningkatan perolehan minyak minyak tersier, atau yang lebih dikenal enhanced oil recovery (EOR).

Terdapat banyak definisi EOR menurut berbagai sumber, namun menurut pemahaman beliau mendefinisikan bahwa EOR adalah “aneka upaya dengan menginjesikan suatu zat atau cara lainnya yang mengubah sifat fisik fluida atau interaksi batuan-fluida baik secara fisikawi maupun kimiawi sedemikian sehingga mekanisme aliran minyak dapat diperbaiki atau ditingkatkan”, sedangkan IOR adalah “aneka upaya penambahan gaya-gaya dan energi reservoir yang membantu atau memperbaiki atau mengubah mekanisme aliran minyak alamiah”.

Disampikannya lagi bahwa, dari sekian banyak metode EOR yang dapat diterapkan di Indonesia, CO2-EOR dan Smart Water-EOR mempunyai tingkat kemungkinan penerapan yang sangat tinggi. Karakteristik reservoir minyak Indonesia yang mempunyai tekanan rendah dan temperatur tinggi memenuhi kriteria dalam screening untuk kedua metode EOR tersebut. Dua contoh lapangan minyak, yaitu Lapangan Meruap dan Lapangan Langgak, serta satu contoh lapangan lainnya, yaitu Lapangan Sukananti, yang kesemuanya merupakan typical reservoir Indonesia, dapat memenuhi screening criteria tersebut masing-masing untuk implementasi CO2-EOR dan Smart Water-EOR.