Enter your keyword

Orasi Ilmiah Guru Besar Prof. Danu Ariono dan Prof. Barti Setiani Muntalif

Orasi Ilmiah Guru Besar Prof. Danu Ariono dan Prof. Barti Setiani Muntalif

Orasi Ilmiah Guru Besar Prof. Danu Ariono dan Prof. Barti Setiani Muntalif

Sabtu, 21 September 2019, Gedung Aula Barat ITB, Forum Guru Besar melaksanakan Sidang Orasi Ilmiah Guru Besar Prof. Danu Ariono dan Prof. Barti Setiani Muntalif. Orasi Ilmiah dipimpin oleh Ketua Forum Guru Besar Prof. Tutuka Ariadji di dampingi Sekretaris Forum Guru Besar Prof. Freddy Permana Zen.

_DSC1661

Dalam Sidang Orasi Ilmiah Prof. Danu Ariono yang berjudul Perkembangan Teknologi Pemisahan Difusional disampaikan bahwa “Proses pemisahan merupakan suatu kegiatan memisahkan satu atau beberapa komponen yang ada dalam campuran. Lanjutnya, bahwa proses pemisahan sudah dikenal oleh manusia ratusan tahun sebelum masehi. Proses pemisahan dan pemurnian yang telah lama dikenal adalah Kristalisasi, distilasi, adsorpsi, dan ekstraksi. Dalam portofolio teknik pemisahan, yaitu Kristalisasi merupakan unit operasi tertua hingga sampai saat ini. Proses yang paling banyak digunakan di Industri yaitu Distilasi. Proses Distilasi juga merupakan proses pemisahan yang sudah lama dikenal. Proses ini, pada prinsipnya sama dengan proses evaporasi tetapi produk yang diambil adalah uap yang terkondensasi.

Lanjutnya, pada prinsip proses pemisahan terdapat dua kata yaitu, mekanikal dan difusional. Secara difusional terdapat dua kategori, yaitu memanfaatkan kesetimbangan Fasa dan memanfaatkan perbedaan laju difusi. Prinsip dasar pemisahan difusional adalah kesetimbangan fasa dan laju difusi melintasi media pemisah. Keduanya memiliki spesifik dan khas yang bergantung kepada komponen-komponen yang dipisahkan. Khusus untuk pemisahan yang berlandaskan kepada kesetimbangan fasa, umumnya salah satu fasa terutama fasa cair dan padat dapat diatur dan diubah sifat-sifat fisiko-kimiawinya melalui berbagai teknik yang telah dikenal selama ini.

_DSC1765

Dalam Sidang Orasi Ilmiah Prof. Barti Setiani Muntalif yang berjudul Pengembangan Bioindikator sebagai Upaya Pengelolaan Kualitas Air Sungai disampaikan bahwa “Makrozobentos merupakan organisme mikroinvertebrata yang hidupnya melekat di permukaan substrat di dasar sungai diantara batuan, runtuhan bahan organik, batang kayu, tanaman air maupun dalam sedimen. Makrozobentos mempunyai kemampuan menghancurkan material yang besar menjadi partiker yang lebih kecil. Partikel yang dihasilkan akan menjadi substrat (medium) pertumbuhan organism-organisme lainnya, seperti bakteri, jamur, ataupun makroinvertebrata lainnya. Proses dekomposisi berperan dalam regenerasi unsur hara/nutrient secara langsung, membantu dalam proses keberlanjutan ekosistem sungai.

Kemudian, Makrozobentos umumnya digunakan sebagai bioindikator untuk lingkungan akuatik. Organisme tersebut mempunyai kelebihan, yaitu mampu merefleksikan kondisi lokal suatu ekosistem sungai, mempunyai siklus hidup yang relatif  panjang, mudah disampling, dan relatif melimpah pada sebagaian besar (bagian) sungai (Rosenberg dan Resh, 1993). Penggunaan Makrozobentos di Indonesia memiliki banyak potensi untuk dikembangkan sebagai bioindikator utama dari tingkat pencemaran dan kualitas badan air permukaan. Lanjutnya, untuk memberikan kemudahan dalam pemantauan di lapangan, disarankan agar metode pemanauan makrozobentos secara otomatis dapat dieksplorasi lebih lanjut.